Therefore, what is done by Kiai Latif in his dakwah using various humorous models, such as anecdotes, comparisons, plesetan and others (Victor Raskin: 1944, James Danandjaja: 1986). use a sociolinguistic perspective, as has been discussed by (Roger T. Everything has a meaning so that humor is not a goal, but just a medium. While about humor has been discussed by (Muhammad Rohmadi: 2009 Wuri Soedjatmiko: 1991 I Dewa Putu Wijana: 2004 Danandjaja: 2001).

This paper aims to know the model of da'wa done by kiai, and about da'wah has been discussed by (Ahmad Anas: 2006 Atmawati Dwi: 2009 and Anshori Anhar: 1984). Menjadi milik bersama dari kelompok etnis tertentu dan menjadi kebanggaan masyarakat pendukungnya dan. Bersifat pralogis (mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum) h. Mempunyai berbagai fungsi dalam kehidupan bersama g. Eksistensinya dalam versi yang berbeda-beda d. Penyebaran dan pewarisan dilakukan secara lisan b. Untuk membedakan folklore dengan budaya lainnya dapat diketahui melalui ciri-cirinya yaitu: a. versi yang berbeda dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Danandjaja, 1994 : 2). Folklore adalah sebagian kebudayaan dalam suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun secara tradisional dalam. Oleh karena bersifat kedaerahan, maka sering dikatakan budaya daerah. Kebudayaan lokal ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang didukung oleh masyarakat adat yang bersangkutan. Kebudayaan lokal sering pula disebut kebudayaan etnis atau folklore (budaya tradisi).

Ebook toefl bahasa indonesia pdf